Jumat, 15 April 2016

CITRA DIRI YANG BENAR



Tanamkan kepercayaan bahwa Allah telah menciptakan kita dengan skenario yang terbaik buat kita, yaitu menjadi orang yang paling sukses, paling bahagia, paling berharga dan menjadi saluran kebaikan paling baik bagi sesama. Kalau all the best ini citra diri kita, maka kita akan menjalani hidup yang hanya  sekali ini dengan penuh suka cita dan percaya diri.

Orang bervisi, tahu arah dan tujuan hidupnya. Bebaskan rintangan visi dengan :
1.    Keluar dari kungkungan masa lalu
2.    Falsafah: Memahami kaca mata kuda, anjing menggonggong, kafilah berlalu.
3.    Bebaskan diri kita dari kesibukan memikirkan kendala dan masalah
4.    Perluas perpektif kita
5.    Bebaskan diri kita dari rasa puas diri dengan kedudukan kita sekarang, jadilah Hijau selalu, supaya kita tetap mau belajar, dan tidak akan pernah membusuk.

Jika anda sedang benar, jangan terlalu berani dan bila anda sedang takut, jangan terlalu takut. Karena keseimbangan sikap adalah penentu ketepatan perjalanan kesuksesan anda.

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil.

Anda hanya dekat dengan mereka yang anda sukai. Dan seringkali anda menghindari orang yang tidak tidak anda sukai, padahal dari dialah Anda akan mengenal sudut pandang yang baru.

Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan.

Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan hidup yang diidamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa kesenangan adalah cara gembira menuju kegagalan.

Jangan menolak perubahan hanya karena anda takut kehilangan yang telah dimiliki, karena dengannya anda merendahkan nilai yang bisa anda capai melalui perubahan itu.

Anda tidak akan berhasil menjadi pribadi baru bila anda berkeras untuk mempertahankan cara-cara lama anda. Anda akan disebut baru, hanya bila cara-cara anda baru.

Ketepatan sikap adalah dasar semua ketepatan.Tidak ada penghalang keberhasilan bila sikap anda tepat, dan tidak ada yang bisa menolong bila sikap anda salah.

Orang lanjut usia yang berorientasi pada kesempatan adalah orang muda yang tidak pernah menua ; tetapi pemuda yang berorientasi pada keamanan, telah menua sejak muda.

Hanya orang takut yang bisa berani, karena keberanian adalah melakukan sesuatu yang ditakutinya. Maka, bila merasa takut, anda akan punya kesempatan untuk bersikap berani.

Kekuatan terbesar yang mampu mengalahkan stress adalah kemampuan memilih pikiran yang tepat. Anda akan menjadi lebih damai bila yang anda pikirkan adalah jalan keluar masalah.

Jangan pernah merobohkan pagar tanpa mengetahui mengapa didirikan. Jangan pernah mengabaikan tuntunan kebaikan tanpa mengetahui keburukan yang kemudian anda dapat.

Seseorang yang menolak memperbarui cara-cara kerjanya yang tidak lagi menghasilkan, berlaku seperti orang yang terus memeras jerami untuk mendapatkan santan.

Bila anda belum menemukan pekerjaan yang sesuai dengan bakat anda, bakatilah apapun pekerjaan anda sekarang. Anda akan tampil secemerlang yang berbakat.

Kita lebih menghormati orang miskin yang berani daripada orang kaya yang penakut. Karena sebetulnya telah jelas perbedaan kualitas masa depan yang akan mereka capai.

Jika kita hanya mengerjakan yang sudah kita ketahui, kapankah kita akan mendapat pengetahuan yang baru ? Melakukan yang belum kita ketahui adalah pintu menuju pengetahuan.

Jangan hanya menghindari yang tidak mungkin. Dengan mencoba sesuatu yang tidak mungkin, anda akan bisa mencapai yang terbaik dari yang mungkin anda capai.

Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah.

Bila anda mencari uang, anda akan dipaksa mengupayakan pelayanan yang terbaik.Tetapi jika anda mengutamakan pelayanan yang baik, maka andalah yang akan dicari uang.

Waktu ,mengubah semua hal, kecuali kita. Kita mungkin menua dengan berjalanannya waktu,tetapi belum tentu membijak. Kita-lah yang harus mengubah diri kita sendiri.

Semua waktu adalah waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu yang baik. Jangan menjadi orang tua yang masih melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan saat muda.

Tidak ada harga atas waktu, tapi waktu sangat berharga. Memilik waktu tidak menjadikan kita kaya, tetapi menggunakannya dengan baik adalah sumber dari semua kekayaan.

Senin, 03 Februari 2014

Dalam Hidup Ada Detik Detik yang Berharga

Dalam Hidup Ada Detik Detik yang Berharga

Rabb Yang Maha Mulia berfirman :
“Adakah seseorang yang meminta (kepada-Ku), maka akan Aku berikan yang dia minta.
Adakah orang yang meminta ampun (kepada-Ku), sehingga Aku ampuni dia, dan
Adakah orang yang berdoa (kepada-Ku) lalu Aku kabulkan doanya”

Kutujukan kepada 
Kedua anak
Hendrysan Krisna Kurniawan
Amalia Dinar Kurniasari
dan istriku Ir. Sri Susanti, MP.

 Terima kasih kepada 
Komisi Pembimbing


Promotor
:
Prof.Ir. Hendrawan Soetanto, M.Rur.Sc., Ph.D.
Ko Promotor 1
:
Prof. Dr. Ir. Hartutik, MP.
Ko Promotor 2
:
Prof. Dr. Ir. Kusmartono



Penguji


Dosen Penguji 1
:
Prof. Dr. Ir. Siti Chuzaemi, MS.
Dosen Penguji 2
Prof. Dr. Ir. Ifar Subagiyo, M.Agr.St.
Dosen Penguji 3
:
Dr.  Sasangka Prasetyawan, MS.
Dosen Penguji 4
:
Prof. Hj. drh. Romziah Sidik Budiono., Ph.D.









Yang Terhormat Prof. Ir. Hendrawan Soetanto, M.Rur.Sc. Ph.D. selaku Promotor,  Prof. Dr. Ir. Hartutik, MP. dan  Prof. Dr. Ir. Kusmartono selaku Ko-Promotor.  Koreksi dan saran dari Yang Terhormat Prof. Dr. Ir. Siti Chuzaemi, MS., Prof. Dr. Ir. Ifar Subagiyo, M.Agr.St.,      Dr. Sasangka Prasetyawan, MS., dan Prof. Hj. drh. Romziah Sidik Budiono., Ph.D. selaku dosen penguji sangat membantu dalam penyelesaian Disertasi. Kepada beliau-beliau selain sebagai pembimbing dan penguji, juga membuka pintu yang selebar-lebarnya bagi penulis untuk berkonsultasi dan berdiskusi. Sikap familiar, toleransi terhadap gagasan penulis, kemudian mendorong, mengarahkan dan membimbing secara sungguh-sungguh dan ikhlas.
Kebaikan-kebaikan itu  semua  penulis rasakan sebagai hutang budi yang tak ternilai harganya. Untuk itu perkenankan  melalui kesempatan ini penulis haturkan rasa bangga, rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak, ibu pembimbing dan penguji atas segala keteguhan dan keikhlasannya mendorong dan membimbing penulis dalam penyelesaian Disertasi ini. Kepada Allah Yang Maha Pemurah, penulis berdoa dan meminta kiranya kepada mereka dicurahkan pahala amal jariyah yang tak putus-putusnya membawa hikmah dunia dan akhirat. Amin.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus pula kepada pihak-pihak yang membantu dan memungkinkan penulis menempuh pendidikan Program Doktor Ilmu Ternak ini antara lain kepada :
1.    Yth. Rektor Prof.Dr.Ir. Yogi Sugito, Direktur Pascasarjana Prof.Dr.Ir. Soemarno, MS., Prof. Dr.Ir. Hartutik, MP yang pada tahun 2008 selaku Dekan Fakultas Peternakan telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa dan mengikuti Program  Doktor Ilmu Ternak studi di Fakultas Peternakan,  Dekan Fakultas Peternakan     Prof.Dr.Ir. Kusmartono, Ketua Program Doktor Ilmu Ternak Prof. Dr. Ir. Djalal Rosyidi, MS., Sekretaris Program Doktor Ilmu Ternak Dr. Ir. Marjuki, MSc.,  para Dosen dan karyawan Program Doktor Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya yang telah memberikan motivasi, sarana dan prasarana untuk kelancaran studi melalui kebijakan-kebijakannya.
2.    Koordinator KOPERTIS Wilayah VII Surabaya,  Ketua Yayasan Bina Patria Nusantara Bapak Prof.Dr.Ir. Bambang Guritno beserta seluruh pengurus yayasan, Bapak Prof.Dr.Ir. Wani Hadi Utomo dan Prof.Dr.Ir. Eko Handayanto, M.Agr.Sc. sebagai Rektor dan Wakil Rektor Universitas Tribhuwana Tunggadewi, yang telah memberikan ijin sekaligus dukungan untuk melanjutkan studi pada Program Doktor Ilmu Ternak Universitas Brawijaya. Demikian juga Dekan Fakultas Ilmu Pertanian, Ketua Program Studi, Biro Administrasi dan seluruh staf Universitas Tribhuwana Tunggadewi yang telah memberikan perhatian, juga bantuan sukses kepada penulis agar selalu tabah dan semangat dalam menjalani proses studi ini.
3.    Direktur Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan RI yang telah memberikan beasiswa BPPS tahun 2008 dan pembiayaan penelitian Hibah Doktor  berjudul :  Potensi kombinasi beberapa daun tanaman  lokal sebagai pakan konsentrat untuk memacu produktivitas domba dan menekan emisi gas metana, dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional, melalui DIPA Universitas Brawijaya  REV.1 Nomor : 0636/023-04.2.16/15/2011 R, tanggal 30 Maret 2011 dan berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Brawijaya Nomor 214/SK/2011 tanggal 2 Mei 2011
4.    Bapak-Ibu teman-teman seperjuangan mahasiswa tahun angkatan 2008 di Program Doktor Ilmu Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, terima kasih.
5.     Sujud dan hormat yang dalam penulis persembahkan kepada Ibunda Munda’in (Alm) dan Ayahanda Soehartojo dan yang istri tercinta Sri Susanti, anak-anak Hendrysan Krisna Kurniawan dan Amalia Dinar Kurniasari,  yang saya banggakan. Mendorong dan mendampingi penulis dengan sabar dalam suka dan duka serta mendoakan penyelesaian studi Bapaknya.
6.    Bapak Prof.Dr.Ir. Titis Adi Sarwanto atas perkenan koreksi naskah Disertasi, serta semua pihak  yang  tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih atas perhatian, bantuan dan doanya hingga terselesaikannya Disertasi. Semoga Allah SWT mendengar ungkapan hati nurani ini dan menjadikan pengabdian yang sempurna.
Selanjutnya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, memohon dan meminta untuk senantiasa mendapat curahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya dalam meniti liku-liku kehidupan di dunia sampai di akhirat nanti. Amin.          

Senin, 11 Februari 2013

Tiga Kondisi Kebahagiaan Seorang Hamba


Tiada daya dan upaya kecuali milik Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung. Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang yang jika diberi nikmat, bersyukur; jika diberi cobaan, bersabar; dan jika berdosa, meminta ampun. Tiga hal inilah sebagai pertanda kebahagiaan seorang hamba dan tanda kemenangannya di dunia dan akhirat. Tidak akan ada seorang hambapun yang terhindar dari tiga hal tersebut. Pada hakekatnya, kondisi seorang hamba selalu berganti-ganti antara ketiga tingkat itu.

1. Mensyukuri nikmat.
Nikmat-nikmat Allah selalu silih berganti dianugerahkan kepada hamba-Nya. Kemudian sebagai pengikat nikmat tersebut adalah dengan mengungkapkan rasa kesyukuran yang didirikan atas tiga asas. Yaitu, dengan mengakui nikmat yang telah diberikan dalam batin, menceritakannya dalam zahir, dan menggunakannya sesuai dengan kehendak Yang memberi nikmat. Jika seorang hamba telah menunaikan ketiga hal tersebut, berarti ia telah bersyukur, meskipun rasa syukurnya masih dalam makna yang terbatas.

2. Sabar dalam ujian dan cobaan
       Apabila seorang hamba mendapat ujian dari Allah SWT, maka yang dituntut adalah agar ia bersabar dan berusaha menghibur diri. Sabar adalah menahan diri dari sifat membenci atas takdir-Nya, dan menahan lisan dari ungkapan keluh kesah. Juga menahan anggota badan dari perbuatan kaasiat seperti menampar pipi, menyobek pakaian, mencabut rambut, dan perbuatan tercela lainnya. Jika seorang hamba telah benar-benar melaksanakan tiga hal tersebut sebagaimana anugrah dari sisi-Nya. Derita yang menimpanya akan diganti dengan pemberian berharga. Hal yang tidak disenanginya menjadi ia senangi. Karena, sesungguhnya Allah menguji bukan untuk mencelakakannya, tetapi menguji kesabarannya dan menakar kualitas penghambaannya (ubudiah).
       Allah mempunyai hak kepada hamba-Nya yaitu hak ubudiah, baik itu saat kesempitan maupun di saat lapang. Dia mempunyai  hak ubudiah di saat seorang hamba dalam kesusahan, sebagaimana Dia mempunyai hak ubudiah dari hamba-Nya disaat ia senang. Sementara kebanyakan manusia hanya mampu menampakkan rasa penghambaannya disaat ia senang saja. Padahal, rasa penghambaan sangat dituntut tatkala seorang hamba dalam keadaan yang tidak ia senangi (almakarih). Dengan peringkat tersebut seorang hamba akan diukur kedudukannya di sisi Allah.
       Barang siapa yang menempatkan diri sebagai hamba Allah pada dua kondisi tersebut, dengan benar-benar menunaikan haknya secara sempurna, maka mereka itu akan menjadi sosok hamba seperti yang disinggung dalam firman-Nya, “Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya (Az-Zumar:36). Jika seseorang telah mendapat jaminan penuh dari Allah SWT, maka merekalah hamba Allah yang sejati, tidak ada satupun dari musuh-Nya mempunyai kuasa atas mereka. Allah SWT berfirman,”Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka (Al Hijr: 42).

Pintu-pintu setan
       Tatkala iblis mengetahui bahwa Allah tidak akan menyerahkan hambaNya kepada iblis, dan iblis tidak akan mempunyai kuasa atasnya, maka ia bersumpah, “Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuannya. Kecuali hamba-hambaMu yang mukhlish diantara mereka (yaitu orang-orang yang telah diberi taufik untuk menaati segala petunjuk dan perintah Allah).” (Shaad 82-83). Allah juga berfirman “ Sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebagian orang beriman. Dan tidak adalah kekhususan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dan siapa yang ragu-ragu tentang itu” (Saba 20-21).
       Dengan demikian, Allah tidak akan memberikan kesempatan kepada musuhNya untuk menguasai hamba-hamba-Nya yang beriman. Karena mereka selalu dalam lindungan-Nya (hirzihi), naungan-Nya (kalla atihi) penjagaan-Nya dan selalu dibawah curahan rahmatNya(kanafihi). Keberhasilan setan untuk masuk kedalam jiwa orang tersebut telah dikuasai oleh syahwat dan amarah hingga sangat mudah bagi setan untuk menguasai dan mengendalikannya semaunya.

3. Tobat dari setiap dosa
       Jika Allah telah menghendaki hamba-Nya dengan suatu kebaikan, maka Dia bukakan pintu tobat baginya. Kemudian tumbuhlah penyesalan, pedih hati, perasaan hina di sisi-Nya, dan perasaan selalu membutuhkan-Nya. Ia akan selalu memohon pertolongan-Nya, mengikat janji benar-benar akan kembali kejalan-Nya, senantiasa memohon dan berdoa kepada-Nya dengan sungguh-sungguh. Juga mendekatkan diri kepada-Nya sebisa mungkin dengan amal-amal kebaikan yang dapat menghapus dosa-dosanya. Pintu itu akan menjadi sebab baginya untuk meraih curahan rahmat-Nya, sampai pada saatnya musuh Allah akan berkata,” Andai saja tinggalkan dia dan tidak menjerumuskannya. Inilah barangkali makna ungkapan sebagian ulama salaf, “Sesungguhnya seorang hamba terkadang melakukan dosa yang menyebabkan ia dimasukkan sorga, dan melakukan amal kebaikan yang menyebabkan ia dimasukkan neraka.”
       Mereka saling bertanya, “Mengapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Ia melakukan dosa tetapi selalu terbayang dipelupuk matanya rasa takut kepada Allah, malu, selalu bergetar hatinya, berderai dua matanya dengan tangis penyesalan dan rasa malu kepada Allah Ta’ala, tunduk kepadanya dihadapan Sang Khalik dengan hati yang perih. Maka dosa yang semacam ini lebih bermanfaat baginya daripada amal ketaatan yang menggunung yang menyebabkan perkara ini sebagai sebab baginya untuk meraih kebahagiaan seorang hamba. Sehingga dosa ini menjadi sebab baginya untuk masuk surga.
       Sedangkan mereka yang mengerjakan amal kebaikan tetapi masih senantiasa menyebut-nyebut amal tersebut di hadapan Tuhannya dan merasa sombong, membanggakan dirinya dengan mengatakan ,”Aku telah melakukannya, aku telah melakukannya” sampai kesombongan dan kebanggaanya mengantarkannya ke jurang kehancuran. Kalau Allah menghendaki kebaikan pada hamba yang miskin ini, maka Dia akan menguji dengan suatu  hal yang membuatnya merasa menyesal, hina, dan rendah diri di hadapan-Nya. Dan jika Allah menghendakiNya selain itu, maka Dia membiarkannya tetap dalam kesombongan dan kebanggaannya. Inilah yang membuat seorang hamba ditelantarkan Allah hingga akhirnya ia berada pada jurang kehancuran.

a. Sebab-sebab taufik dan kegagalan dari Allah.

Para ahli makrifah telah sepakat bahwa taufik itu adalah suatu kondisi yang disitu Allah tidak akan membiarkan seorang hamba bersandar pada diri sendiri. Sedangkan kegagalan (al-khudzalaan) adalah suatu kondisi yang Allah akan membiarkan seorang hamba bersandar kepada kemampuan dirinya sendiri. Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah suatu kebaikan, Allah akan membukakan pintu kehinaan dan hati yang pedih (baba adz-dzull walinkisar), serta jiwa yang selalu ingin kembali kepada Allah dan perasaan selalu membutuhkan-Nya. Juga diiringi dengan selalu mengecamnya. Kemudian dihiasi suatu lembaran hidup baru dengan sebuah pengakuan bahwa betapa luas dan sangat banyaknya anugerah Allah dan kebaikan-Nya, rahmat dan kemuliaan-Nya, kekayaan dan pujian-Nya.
          Seorang yang arif (yang dekat dengan Zat Allah) akan selalu berjalan menuju mihrab Allah diantara dua sayap ini, antara taufik dan kegagalan. Tidak mungkin baginya memilih yang lain kecuali harus berjalan antara dua jalan ini. Tatkala seorang hamba menjalani hidup ini dengan ketinggalan salah satu sayapnya, maka ia bagaikan seekor burung yang tidak dapat terbang dengan seimbang. Syekhul Islam Ibnu Taimiyah berkata , “ Seorang yang arif akan berjalan menuju Allah antara dua kondisi, menyaksikan anugerah yang dicurahkan Allah kepadanya dan selalu melihat cacat pada dirinya dan amalnya.

b. Pintu Terdekat dengan Allah
       Makna-makna ini merupakan penjabaran makna yang terkandung dari sabda Rasulullah saw dalam sebuah hadits sahih dari Buraidah r.a., “Istigfar pamungkas (sayyidul istigfar) adalah jika seorang hamba mengumandangkan lafal, yang artinya :  Ya Allah Engkaulah Rabb-ku yang tiada tara Tuhan selain-Mu Engkau telah menciptakan dan akulah hamba-Mu. Hamba terikat dengan janji pada-Mu semampu hamba. Hamba berlindung dari segala amal kejelekan yang hamba perbuat. Hamba pasrahkan segala nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan hamba pasrahkan segala dosa hamba. Ampunilah dosa hamba, karena sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau ya Allah. Dari sini dapat kita lihat bahwa dalam sabda Nabi saw., “Hamba pasrahkan segala nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan hamba pasrahkan segala dosa hamba”. Terkumpul dualisme pengakuan, Yaitu antara pengakuan terhadap semua anugerah yang Allah curahkan kepada hamba-Nya dan pengakuan atas cacat dan kekurangan dirinya beserta amalnya.
       Pengakuan atas anugerah yang Allah berikan akan mengantarkan seorang hamba pada nuansa cinta, puji-pujian, rasa syukur kepada Yang Menganugerahkan nikmat dan kebaikan. Sedangkan, pengakuan atas cacat dan kekurangan diri sendiri dan kekurangan dalam beramal, akan mengantarkan seorang hamba pada perasaan hina disisi-Nya, perih hati, merasa selalu butuh, dan bertobat pada setiap waktu. Tidak ada jalan yang paling dapat mendekatkan diri kepada Allah kecuali dengan mengaplikasikan nilai ubudiah (menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah) yang sesungguhnya. Tidak ada penghalang yang paling tebal antara seorang hamba dengan-Nya kecuali jika seorang hamba menggelar pengakuan palsu bahwa ia telah melakukan ketaatan kepada Allah dengan perintah-perintah-Nya, sementara amal-amalnya bertolak belakang.

c. Makna ubudiah.
            Makna ubudiah berkisar antara dua landasan pemikiran. Yaitu, cinta yang sepenuhnya (dzullun taam). Dengannya akan menimbulkan rasa cinta dan timbulnya  perasaan bahwa dirinya  serta amalnya selalu cacat dan kurang (muthaala’atu’aibin nafsi wal ‘amalil), yang menimbulkan rasa selalu hina dimata Nya. Jika seorang hamba telah mendasarkan semua gerak langkah hidupnya menuju Allah dengan dua landasan ini, maka semua musuhnya tidak akan mampu menjerumuskannya kecuali hanya sekejap mata. Jika sudah demikian akan ia saksikan alangkah cepatnya bantuan dan pertolongan Allah dating menjemputnya serta mencurahkannya kembali dengan rahmat-Nya.