Sabtu, 17 Agustus 2013
Senin, 11 Februari 2013
Tiga Kondisi Kebahagiaan Seorang Hamba
Tiada daya dan upaya kecuali milik Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung. Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang yang jika diberi nikmat, bersyukur; jika diberi cobaan, bersabar; dan jika berdosa, meminta ampun. Tiga hal inilah sebagai pertanda kebahagiaan seorang hamba dan tanda kemenangannya di dunia dan akhirat. Tidak akan ada seorang hambapun yang terhindar dari tiga hal tersebut. Pada hakekatnya, kondisi seorang hamba selalu berganti-ganti antara ketiga tingkat itu.
1. Mensyukuri nikmat.
Nikmat-nikmat Allah selalu silih berganti dianugerahkan kepada hamba-Nya. Kemudian sebagai pengikat nikmat tersebut adalah dengan mengungkapkan rasa kesyukuran yang didirikan atas tiga asas. Yaitu, dengan mengakui nikmat yang telah diberikan dalam batin, menceritakannya dalam zahir, dan menggunakannya sesuai dengan kehendak Yang memberi nikmat. Jika seorang hamba telah menunaikan ketiga hal tersebut, berarti ia telah bersyukur, meskipun rasa syukurnya masih dalam makna yang terbatas.
2. Sabar dalam ujian dan cobaan
Apabila seorang hamba mendapat ujian dari Allah SWT, maka yang dituntut adalah agar ia bersabar dan berusaha menghibur diri. Sabar adalah menahan diri dari sifat membenci atas takdir-Nya, dan menahan lisan dari ungkapan keluh kesah. Juga menahan anggota badan dari perbuatan kaasiat seperti menampar pipi, menyobek pakaian, mencabut rambut, dan perbuatan tercela lainnya. Jika seorang hamba telah benar-benar melaksanakan tiga hal tersebut sebagaimana anugrah dari sisi-Nya. Derita yang menimpanya akan diganti dengan pemberian berharga. Hal yang tidak disenanginya menjadi ia senangi. Karena, sesungguhnya Allah menguji bukan untuk mencelakakannya, tetapi menguji kesabarannya dan menakar kualitas penghambaannya (ubudiah).
Allah mempunyai hak kepada hamba-Nya yaitu hak ubudiah, baik itu saat kesempitan maupun di saat lapang. Dia mempunyai hak ubudiah di saat seorang hamba dalam kesusahan, sebagaimana Dia mempunyai hak ubudiah dari hamba-Nya disaat ia senang. Sementara kebanyakan manusia hanya mampu menampakkan rasa penghambaannya disaat ia senang saja. Padahal, rasa penghambaan sangat dituntut tatkala seorang hamba dalam keadaan yang tidak ia senangi (almakarih). Dengan peringkat tersebut seorang hamba akan diukur kedudukannya di sisi Allah.
Barang siapa yang menempatkan diri sebagai hamba Allah pada dua kondisi tersebut, dengan benar-benar menunaikan haknya secara sempurna, maka mereka itu akan menjadi sosok hamba seperti yang disinggung dalam firman-Nya, “Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya (Az-Zumar:36). Jika seseorang telah mendapat jaminan penuh dari Allah SWT, maka merekalah hamba Allah yang sejati, tidak ada satupun dari musuh-Nya mempunyai kuasa atas mereka. Allah SWT berfirman,”Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka (Al Hijr: 42).
Pintu-pintu setan
Tatkala iblis mengetahui bahwa Allah tidak akan menyerahkan hambaNya kepada iblis, dan iblis tidak akan mempunyai kuasa atasnya, maka ia bersumpah, “Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuannya. Kecuali hamba-hambaMu yang mukhlish diantara mereka (yaitu orang-orang yang telah diberi taufik untuk menaati segala petunjuk dan perintah Allah).” (Shaad 82-83). Allah juga berfirman “ Sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebagian orang beriman. Dan tidak adalah kekhususan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dan siapa yang ragu-ragu tentang itu” (Saba 20-21).
Dengan demikian, Allah tidak akan memberikan kesempatan kepada musuhNya untuk menguasai hamba-hamba-Nya yang beriman. Karena mereka selalu dalam lindungan-Nya (hirzihi), naungan-Nya (kalla atihi) penjagaan-Nya dan selalu dibawah curahan rahmatNya(kanafihi). Keberhasilan setan untuk masuk kedalam jiwa orang tersebut telah dikuasai oleh syahwat dan amarah hingga sangat mudah bagi setan untuk menguasai dan mengendalikannya semaunya.
3. Tobat dari setiap dosa
Jika Allah telah menghendaki hamba-Nya dengan suatu kebaikan, maka Dia bukakan pintu tobat baginya. Kemudian tumbuhlah penyesalan, pedih hati, perasaan hina di sisi-Nya, dan perasaan selalu membutuhkan-Nya. Ia akan selalu memohon pertolongan-Nya, mengikat janji benar-benar akan kembali kejalan-Nya, senantiasa memohon dan berdoa kepada-Nya dengan sungguh-sungguh. Juga mendekatkan diri kepada-Nya sebisa mungkin dengan amal-amal kebaikan yang dapat menghapus dosa-dosanya. Pintu itu akan menjadi sebab baginya untuk meraih curahan rahmat-Nya, sampai pada saatnya musuh Allah akan berkata,” Andai saja tinggalkan dia dan tidak menjerumuskannya. Inilah barangkali makna ungkapan sebagian ulama salaf, “Sesungguhnya seorang hamba terkadang melakukan dosa yang menyebabkan ia dimasukkan sorga, dan melakukan amal kebaikan yang menyebabkan ia dimasukkan neraka.”
Mereka saling bertanya, “Mengapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Ia melakukan dosa tetapi selalu terbayang dipelupuk matanya rasa takut kepada Allah, malu, selalu bergetar hatinya, berderai dua matanya dengan tangis penyesalan dan rasa malu kepada Allah Ta’ala, tunduk kepadanya dihadapan Sang Khalik dengan hati yang perih. Maka dosa yang semacam ini lebih bermanfaat baginya daripada amal ketaatan yang menggunung yang menyebabkan perkara ini sebagai sebab baginya untuk meraih kebahagiaan seorang hamba. Sehingga dosa ini menjadi sebab baginya untuk masuk surga.
Sedangkan mereka yang mengerjakan amal kebaikan tetapi masih senantiasa menyebut-nyebut amal tersebut di hadapan Tuhannya dan merasa sombong, membanggakan dirinya dengan mengatakan ,”Aku telah melakukannya, aku telah melakukannya” sampai kesombongan dan kebanggaanya mengantarkannya ke jurang kehancuran. Kalau Allah menghendaki kebaikan pada hamba yang miskin ini, maka Dia akan menguji dengan suatu hal yang membuatnya merasa menyesal, hina, dan rendah diri di hadapan-Nya. Dan jika Allah menghendakiNya selain itu, maka Dia membiarkannya tetap dalam kesombongan dan kebanggaannya. Inilah yang membuat seorang hamba ditelantarkan Allah hingga akhirnya ia berada pada jurang kehancuran.
a. Sebab-sebab taufik dan kegagalan dari Allah.
Para ahli makrifah telah sepakat bahwa taufik itu adalah suatu kondisi yang disitu Allah tidak akan membiarkan seorang hamba bersandar pada diri sendiri. Sedangkan kegagalan (al-khudzalaan) adalah suatu kondisi yang Allah akan membiarkan seorang hamba bersandar kepada kemampuan dirinya sendiri. Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah suatu kebaikan, Allah akan membukakan pintu kehinaan dan hati yang pedih (baba adz-dzull walinkisar), serta jiwa yang selalu ingin kembali kepada Allah dan perasaan selalu membutuhkan-Nya. Juga diiringi dengan selalu mengecamnya. Kemudian dihiasi suatu lembaran hidup baru dengan sebuah pengakuan bahwa betapa luas dan sangat banyaknya anugerah Allah dan kebaikan-Nya, rahmat dan kemuliaan-Nya, kekayaan dan pujian-Nya.
Seorang yang arif (yang dekat dengan Zat Allah) akan selalu berjalan menuju mihrab Allah diantara dua sayap ini, antara taufik dan kegagalan. Tidak mungkin baginya memilih yang lain kecuali harus berjalan antara dua jalan ini. Tatkala seorang hamba menjalani hidup ini dengan ketinggalan salah satu sayapnya, maka ia bagaikan seekor burung yang tidak dapat terbang dengan seimbang. Syekhul Islam Ibnu Taimiyah berkata , “ Seorang yang arif akan berjalan menuju Allah antara dua kondisi, menyaksikan anugerah yang dicurahkan Allah kepadanya dan selalu melihat cacat pada dirinya dan amalnya.
b. Pintu Terdekat dengan Allah
Makna-makna ini merupakan penjabaran makna yang terkandung dari sabda Rasulullah saw dalam sebuah hadits sahih dari Buraidah r.a., “Istigfar pamungkas (sayyidul istigfar) adalah jika seorang hamba mengumandangkan lafal, yang artinya : Ya Allah Engkaulah Rabb-ku yang tiada tara Tuhan selain-Mu Engkau telah menciptakan dan akulah hamba-Mu. Hamba terikat dengan janji pada-Mu semampu hamba. Hamba berlindung dari segala amal kejelekan yang hamba perbuat. Hamba pasrahkan segala nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan hamba pasrahkan segala dosa hamba. Ampunilah dosa hamba, karena sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau ya Allah. Dari sini dapat kita lihat bahwa dalam sabda Nabi saw., “Hamba pasrahkan segala nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan hamba pasrahkan segala dosa hamba”. Terkumpul dualisme pengakuan, Yaitu antara pengakuan terhadap semua anugerah yang Allah curahkan kepada hamba-Nya dan pengakuan atas cacat dan kekurangan dirinya beserta amalnya.
Pengakuan atas anugerah yang Allah berikan akan mengantarkan seorang hamba pada nuansa cinta, puji-pujian, rasa syukur kepada Yang Menganugerahkan nikmat dan kebaikan. Sedangkan, pengakuan atas cacat dan kekurangan diri sendiri dan kekurangan dalam beramal, akan mengantarkan seorang hamba pada perasaan hina disisi-Nya, perih hati, merasa selalu butuh, dan bertobat pada setiap waktu. Tidak ada jalan yang paling dapat mendekatkan diri kepada Allah kecuali dengan mengaplikasikan nilai ubudiah (menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah) yang sesungguhnya. Tidak ada penghalang yang paling tebal antara seorang hamba dengan-Nya kecuali jika seorang hamba menggelar pengakuan palsu bahwa ia telah melakukan ketaatan kepada Allah dengan perintah-perintah-Nya, sementara amal-amalnya bertolak belakang.
c. Makna ubudiah.
Makna ubudiah berkisar antara dua landasan pemikiran. Yaitu, cinta yang sepenuhnya (dzullun taam). Dengannya akan menimbulkan rasa cinta dan timbulnya perasaan bahwa dirinya serta amalnya selalu cacat dan kurang (muthaala’atu’aibin nafsi wal ‘amalil), yang menimbulkan rasa selalu hina dimata Nya. Jika seorang hamba telah mendasarkan semua gerak langkah hidupnya menuju Allah dengan dua landasan ini, maka semua musuhnya tidak akan mampu menjerumuskannya kecuali hanya sekejap mata. Jika sudah demikian akan ia saksikan alangkah cepatnya bantuan dan pertolongan Allah dating menjemputnya serta mencurahkannya kembali dengan rahmat-Nya.
Kamis, 17 Januari 2013
50 AKHLAQ MULIA dan 50 PERBUATAN ANIAYA
50 AKHLAQ MULIA
No
|
50 Akhlaq mulia
|
No
|
Lanjutan Akhlaq
mulia
|
1.
|
Mahabah pada
Allah
|
26.
|
Tadhomu (Memohon/berdoa dengan merendahkan diri pada
Allah.
|
2.
|
Mahabah pada Rasulullah
|
27.
|
Birul Walidain (berbuat baik/berkhidmat kepada kedua
orang tua ibu, bapak)
|
3.
|
Shidiq (jujur)
|
28.
|
Mu’asyaroh bil ma’ruf kepada sesama secara harmonis,
khususnya dgn keluarga (istri, suami, anak dan lain-lain).
|
4.
|
Amanah (kepercayaan, lurus, menjaga dengan baik
terhadap barang/sesuatu yang dititipkan)
|
29.
|
Anisah (Ramah tamah, membuat hati orang menjadi senang)
|
5.
|
Adil
|
30.
|
Ta’awun (Tolong menolong)
|
6.
|
Roja (Optimis & Penuh harap)
|
31.
|
Tawadhu’ (Rendah hati, sederhana, sikap tenang).
|
7.
|
Syukur
|
32.
|
Ihtirom (saling menghormati dan mengharap).
|
8.
|
Ikhtiar (Berusaha)
|
33.
|
Silaturahmi
|
9.
|
Kerja keras
|
34.
|
Silmu (damai,rukun,ukhuwah, ittihad)
|
10.
|
Etos Kerja
|
35.
|
Sakho’ (dermawan)
|
11.
|
Tanggung jawab
|
36.
|
Adab (tingkah laku yang baik)
|
12.
|
Jiwa Sosial
|
37.
|
Iffah (harga diri)
|
13.
|
Jiwa Pengabdian
|
38.
|
Istiqomah (ajek, konsisten)
|
14.
|
Jiwa Patriot
|
39.
|
Qona’ah (mau menerima yang menjadi bagiannya/neriman)
|
15.
|
Jiwa Perjuangan
|
40.
|
Sabar (tabah hati), berani atas sesuatu, Menahan diri
dari keluh kesah. Imam Gozali : sabar adalah menerima segala penderitaan dan
tabah menghadapi hawa nafsu.
|
16.
|
Tasamuh (toleransi, lemah lembut)
|
41.
|
Syaja’ah (berani karena benar), yakni keteguhan hati,
kekuatan pendirian untuk membela dan mempertahankan kebenaran secara jantan
dan terpuji.
|
17.
|
Awu (pemaaf)
|
42.
|
Melaksanakan kewajiban
|
18.
|
Haya’ (rasa malu)
|
43.
|
Mandiri (I’timad alan nafsi)
|
19.
|
Hubbul Wathon (cinta tanah air)
|
44.
|
Berorganisasi (berjama’ah)
|
20.
|
Hubbul ibadah
|
45.
|
Berorientasi kepada prestasi & masa depan)
|
21.
|
Tawakal
|
46.
|
Disiplin
|
22.
|
Ridha (Rela, senang)
|
47.
|
Bersih/Kebersihan
|
23.
|
Taubat
|
48.
|
Tablig (mau menyampaikan dan keterbukaan)
|
24.
|
Khouf (takut terhadap siksaan dan murka Allah, baik di
dunia dan akhirat)
|
49.
|
Fathonah (cerdik & kritis)
|
25.
|
Khusyu’
|
50.
|
Iklash
|
50 PERBUATAN ANIAYA
No
|
50 perbuatan
aniaya
|
No
|
Lanjutan
perbuatan aniaya
|
1.
|
Ananiyah (egois)
|
26.
|
Ghasysyu (mengicuh, mengurangi takaran/timbangan)
|
2.
|
Ghibah (pengunjingan)
|
27.
|
Adzdzulmu (aniaya) perbuatan yang merugikan orang lain,
atau sesuatu bukan pada tempatnya
|
3.
|
Khianat (curang, tidak jujur)
|
28.
|
Israf (berlebih-lebihan)
|
4.
|
Bukhl (kikir)
|
29.
|
Peminum khamar & judi
|
5.
|
Hasad (dengki)
|
30.
|
Inkar nikmat (menggunakan nikmat bukan pada jalan
yang benar)
|
6.
|
Ghina (merasa cukup/tidak perlu orang lain)
|
31.
|
Thama
|
7.
|
Hiqd (dendam)
|
32.
|
Rakus
|
8.
|
Ifsad (berbuat kerusakan)
|
33.
|
Ghadhab (marah)
|
9.
|
Ghurur (dirinya terperdaya)
|
34.
|
Zina
|
10.
|
Takabur (gumede, memandang orang lain rendah)
|
35.
|
Homo seksual/lesbian
|
11.
|
Hubbud dun-ya (cinta dunia)
|
36.
|
Nifaq/Munafiq
|
12.
|
Jubn (pengecut)
|
37.
|
Fusuq/Fasiq
|
13.
|
Intihar (menyembelih diri, membunuh diri, menjerumuskan
diri)
|
38.
|
Kidzib (dusta)
|
14.
|
Sariq (mencuri, mengambil barang orang lain, korupsi,
ngentit).
|
39.
|
Menjilat
|
15.
|
Kolusi (kerjasama urusan dosa)
|
40.
|
Asal bapak senang (ABS)
|
16.
|
Nepotisme (memanfaatkan kedudukan untuk kepentingan
diri dan keluargannya, koleganya, yang merugikan negara & pihak-pihak
lain)
|
41.
|
Gila hormat
|
17.
|
Sukhriyyah (mengejek, olok-olok menjelekkan orang
lain).
|
42.
|
Ceroboh
|
18.
|
Memperturutkan (ngumbar) hawa nafsu
|
43.
|
Tidak ada rasa malu
|
19.
|
Riya (memperlihatkan yang bukan sebenarnya, beramal
bukan karena Allah, ingin dipuji orang, pamer).
|
44.
|
Bandel
|
20.
|
Qotiu (menghabisi nyawa orang/membunuh).
|
45.
|
Perilaku yang dibuat-buat
|
21.
|
Nanimah (mengadu domba), profokasi/profokator
|
46.
|
Congkak
|
22.
|
Judul (besar omong/pembual)
|
47.
|
Angkuh
|
23.
|
Mubadzdzir (menggunakan suatu nikmat yang halal tidak
pada tempatnya)
|
48.
|
Mengagumi dirinya sendiri
|
24.
|
Baghyu (melacur, dzolim, durhaka, permusuhan)
|
49.
|
Suka kasak-kusuk
|
25.
|
Buhtan (pembohong)
|
50.
|
Suka memfitnah
|
KUMPULAN KATA MUTIARA
1
|
Jika Allah memberikan ujian kepada kita, sabar adalah pilihannya.
Kerugian hanya milik orang-orang yang tidak punya keyakinan yang kokoh dan
tidak memiliki ahklaq yang mulia.
|
2
|
Masalah yang sedang menimpa kita adalah bagian dari karunia Allah SWT.
Orang yang imannya kokoh tidak akan merasakan kerugian dari setiap peristiwa
yang terjadi.
|
3
|
Tidak ada yang salah dari perbedaan. Yang jadi masalah adalah saat kita
tidak bisa menyikapi perbedaan yang ada. Bukankah Allah menciptakan keindahan
dari perbedaan yang ada?
|
4
|
Indahnya kebersamaan justru dapat dirasakan jika kita memiliki pandangan
untuk memandang sesuatu sebagaimana kita melihat suatu rangkaian bunga.
|
5
|
Tidak jarang perbedaan membuat
adanya ketersinggungan-ketersinggungan. Oleh karena itulah kita harus mampu memberi
keluasan maaf.
|
6
|
Sadarilah, negeri kita menjadi sakit bukan karena perbedaan, tetapi
karena kita belum terbiasa menyikapi perbedaan.
|
7
|
Terkadang perbedaan memang tidak selalu baik. Disinilah perlu kemauan
keras dari kita untuk memperbaiki, bukan menyalahkan.
|
8
|
Kalbu yang kotor yang dipenuhi iri dan dengki, buruk sangka, hampir
dipastikan akan membuatnya melakukan perbuatan perbuatan tercela yang justru
dapat merusak ukhuwah.
|
9
|
Kemuliaan akhlaq tidak akan pernah berpadu dengan hati yang penuh iri,
dengki, ujub, riya, dan takabur.
|
10
|
Kelemahan ukhuwah hanya dapat dibangkitkan oleh kemuliaan ahklaq. Oleh
karena itu, kita amat merindukan pribadi-pribadi yang bisa menorehkan
keluhuran ahklaq.
|
11
|
Kita tidak tahu bagaimana dan apa yang terjadi hari esok, yang bisa kita
lakukan ialah berbuat sebaik-baiknya dan berbahagia pada hari ini.
|
12
|
Kebanyakan dari kita tidak menyukuri apa yang sudah kita dapatkan, tetapi
kita selalu menyesali apa yang belum kita raih dan dapatkan.
|
13
|
Orang yang berbahagia bukanlah orang pada lingkungan tertentu, melainkan
dengan sikap-sikap tertentu.
|
14
|
Sukses seringkali datang pada mereka yang selalu berani bertindak, dan
jarang sekali menghampiri penakut yang tidak berani mengambil konsekuensi.
|
15
|
Orang yang luar biasa itu sederhana dalam perkataan, tetapi hebat dalam
tindakan dan perbuatan.
|
16
|
Betapa banyak kesuksesan hidup berakhir dengan penderitaan hanya karena
tidak mampu memelihara kejujuran
|
17
|
Kesuksesan hanya bisa diraih oleh orang-orang yang mampu mengisi usianya
dengan penuh kemanfaatan baik bagi diri maupun lingkungan
|
18
|
Kesuksesan seseorang menjadi lebih berarti jika orang-orang yang
disekitarnya menikmati kesuksesan itu.
|
19
|
Keteladanan Rasulullah saw dalam kemuliaan ahklaq dibangun dengan
kebenaran, kejujuran dan kecerdasan
|
20
|
Banyak keberanian yang melahirkan kerugian dikarenakan berada pada jalan
yang buruk dan tidak benar
|
21
|
Bertambahnya usia akan menjadi berkah jika mampu memanfaatkannya di jalan
yang benar dan penuh dengan kebaikan.
|
22
|
Seseorang yang amanah mengemban peran akan senantiasa diberi kemudahan
dalam menyelesaikan berbagai urusan.
|
23
|
Yang menyelamatkan seseorang bukan semata-mata keberanian fisik, namun
sesungguhnya takkala berada pada kebenaran meskipun terasa pahit.
|
24
|
Kesalahan masih mungkin diperbaiki dalam waktu yang singat, namun
kehilangan kepercayaan karena tidak jujur butuh waktu yang panjang.
|
25
|
Kesuksesan dalam konsep manajemen qolbu adalah bagaimana kita secara
konsisten dapat terus melakukan pembersihan hati di sepanjang kehidupan.
|
26
|
Seseorang bisa membersihkan hati apabila dia terus menerus memperbaiki
keadaan dirinya yang dirasakan memiliki banyak kekurangan.
|
27
|
Tekad adalah kunci pertama untuk menggerakkan sesuatu, lalu tekad juga
menjadi kunci terciptanya sikap istiqomah dalam perilaku.
|
28.
|
Adalah sebuah keharusan keluarga menjadi tempat yang aman dan nyaman
dalam berbagi suka dan duka
|
29.
|
Episode kehidupan yang mewarnai keluarga hendaknya menjadi ajang melatih
kesabaran dalam membangun keluarga.
|
30
|
Saat kita disenangi orang lain sudahkah kita dicintai oleh anak dan
pasangan kita
|
31
|
Orang yang sabar akan mampu menjadi jalan kesabaran orang lain
|
32
|
Pasti sukses akan menjadi milik kita bila selalu beraklaq mulia
|
33
|
Dimiliki siapapun ahklaq terpuji pasti ia akan menjadi teladan siapa saja
|
34
|
Bagian dari kesempurnaan kebahagiaan didunia adalah memiliki keluarga
yang bahagia
|
35
|
Yang harus dimiliki kalau ingin unggul di dunia dan akhirat adalah punya
keunggulan zikir kepada Allah, sehingga kita selalu berada dalam ketentraman
|
36
|
Kunci utama agar dapat menguasai diri dan agar sanggup berfikir serta
bertindak jernih adalah harus punya keahlian berdzikir kepada Allah.
|
37
|
Barang siapa yang ingin mendapatkan banyak dari Allah, maka dia harus
sanggup berbuat banyak untuk Allah
|
38
|
Setiap orang yang kontrol emosinya tidak baik, dia tidak akan bisa
melakukan sesuatu dengan tepat dan tidak akan bisa menggali potensi terbesar
yang ada pada dirinya.
|
39
|
Hati yang tertuju kepada Allah selalu membuahkan tuntunan yang jitu dari
padanya. Tidak akan meleset langkah-langkah kita kalau sasaran kita
benar-benar dipenuhi dengan dzikir kepada Allah.
|
40
|
Kita harus sering bersilaturahmi kepada orang-orang agar mengingatkan
konsep keunggulan kita sebelum mempunyai keunggulan yang lain.
|
41
|
Keunggulan berfikir akan membuat langkah kita strategis dan jitu. Dan
keunggulan karya akan membuat kita benar-benar akan bisa bersaing dan punya
harga.
|
42
|
Dengan unggul dzikir, insyaAllah pertolonganpun akan datang, batin kita
akan sejuk. Sementara langkah dan sikappun akan semakin terarah dan tertuntun
dengan baik.
|
43
|
Kehebatan berdzikir kepada Allah akan membuat kita tenang, terpelihara,
dan tertuntun, tidak akan tergelincir ke dalam hal-hal yang nista.
|
44.
|
Orang-orang yang menyukai kehidupan di dunia daripada kehidupan akhirat,
dan menghalang-halangi manusia di jalan Allah. Mereka itu dalam kesesatan
yang jauh.
|
45.
|
Perbuatan tidak jujur berarti merendahkan harga diri pelakunya.
|
46.
|
Berani menjadi ciri seorang mukmin yang kuat yang mempunyai keunggulan
dalam hidupnya.
|
47.
|
Keberanian hanya akan dimiliki bagi yang memiliki keyakinan kuat pada
kebenaran.
|
48.
|
Orang yang sportif tidak hanya berani mengambil keputusan tetapi juga
berani menghadapi resikonya.
|
49.
|
Keberanian tidak akan dimiliki oleh orang-orang yang takut gagal.
|
50.
|
Orang-orang yang cerdas selalu mengambil keputusan dengan pemikiran yang
matang , bukan dengan emosi.
|
51.
|
Orang yang cerdas selalu tepat keputusannya karena luas wawasannya.
|
52.
|
Kekuatan yang terbaik adalah menahan marah pada saat ingin marah, bukan
orang yang kuat badan atau tenaganya.
|
53.
|
Dua manfaat kemualiaan ahklaq yaitu tidak menceritakan kebaikan diri dan
keburukan orang lain.
|
54.
|
Kemuliaan ahklaq seseorang kepada Allah ketika mampu sabar saat diuji dan
pandai bersyukur saat diberi nikmat.
|
55.
|
Seorang yang trampil melatih
kepekaan maka ia akan terjaga dari berbuat keburukan baik bagi diri maupun
orang lain.
|
56.
|
Memberi kepada orang yang kikir dan memaafkan orang yang salah adalah
ahklaq yang baik yang bisa jadi pelajaran penerimannya.
|
57.
|
Pertolongan Allah hanya diraih orang yang selalu optimis dan pantang
menyerah.
|
58.
|
Mendoakan orang lain adalah ciri orang yang menciantai saudaranya karena
Allah.
|
59.
|
Pemberani sejati akan melahirkan kepahlawananya, karena ia menitinya di
jalan kebenaran.
|
60.
|
Kebaikan ahklaq seseorang saat merasa bahagia ketika mampu membahagiakan
orang lain.
|
61.
|
Mencegah sesuatu keburukan membutuhkan keberanian, namun harus diiringi
dengan kesabaran.
|
62.
|
Berkeluh kesah dan putus asa membuat seseorang sempit wawasan dan
pandangannya pada keluasan kasih sayang Allah.
|
63.
|
Keberanian yang mengalir dalam jiwa seseorang mukmin senantiasa berada
dalam kebaikan selama berpijak pada prinsip keimanan.
|
64.
|
Tidak ada keberanian yang sempurna jika tidak disertai dengan kesabaran.
|
65.
|
Sesungguhnya jiwa kepedulian itu akan lahir jika seseorang memiliki
kepekaan atas penderitaan orang lain.
|
66.
|
Terlatih menyelesaikan berbagai masalah adalah upaya untuk mengasah
kecerdasan.
|
67.
|
Kecerdasan itu bisa dibangun dengan sesering mungkin membaca dan
mentadaburi Al Qur”an.
|
68.
|
Kasih sayang Allah itu akan datang pada orang-orang yang di dalam jiwanya tumbuh kasih sayang
pada sesamannya.
|
69.
|
Kesuksesan yang hakiki hanya dimiliki oleh orang-orang yang kembali
kepada Allah dengan khusnul khotimah.
|
70.
|
Seorang mukmin sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah adalah orang yang
didalam jiwanya tumbuh sikap menolong.
|
71.
|
Bila seseorang melihat kebohongan pada anak anaknya maka ini menjadi
lahan intropeksi kejujuran bagi orang tuannya.
|
72.
|
Kesuksesan itu diraih bukan dijalan yang lapang, namun justru berada di jalan yang penuh rintangan.
|
73.
|
Keihklasan adalah kunci utama di dalam menikmati setiap amanah dan
kewajibannya.
|
74.
|
Seseorang akan selalu menderita jika kesuksesan hanya diukur lewat uang
dan kedudukan
|
75.
|
Orang yang cerdas adalah orang yang ingat
kematian, karena ia senantiasa berfikir untuk menyiapkan perbekalan.
|
76.
|
Sesungguhnya derajad seorang muslim diukur dari seberapa besar ia
mengikuti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah.
|
77.
|
Rasulullah mengajarkan umatnya
untuk menahan dini berbuat boros, karena boros itu banyak mengundang
kerugian.
|
78.
|
Seorang hamba yang sukses adalah yang tidak pernah luput dari bersyukur
kepada Allah atas karunia nikmatNya.
|
79.
|
Tanda keimanan seseorang itu terlihat dari seberapa besar ia menjaga
kejujurannya.
|
80.
|
Ketika kita melihat orang yang matanya buta, kita sering iba dan kasihan. Padahal yang
paling harus dikasihani adalah orang yang berhati buta.
|
81.
|
Buta mata hanya tidak tampak dunia, namun buta hati tidak tampak
kebenaran dan bisa ditipu oleh napsu setan. Betapa sedihnya kalau mata
melihat, tetapi hatinya buta.
|
82.
|
Rasulullah tidak pernah menolak orang yang meminta pertolongan kepadanya
karena sifat pemurahnya.
|
83.
|
Sifat kasih sayang Rasulullah selalu memuaskan dan membahagiakan orang
yang bersamannya.
|
84.
|
Kebeningan hati Rasulullah sehingga tidak memiliki kebencian dan
kedengkian pada siapapun.
|
85.
|
Kecerdasan tidak diukur dengan tinggi rendahnya tingkat pendidikan melainkan
diukur dengan kemampuan menyelesaikan masalah dengan tepat.
|
Langganan:
Postingan (Atom)